Tuesday, 17 May 2016

Telaga Menjer, Wonosobo, Jawa Tengah




Selain Telaga Warna di Dieng, terdapat Telaga Menjer yang merupakan Merupakan telaga alami terluas di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Berada pada ketinggian 1.300 mdpl dengan luas 70 hektar dan kedalaman air mencapai 45 meter. Telaga Menjer terletak di desa Maron kec. Garung 12 Km sebelah utara kota Wonosobo.

Sisi utara telaga ini berupa pegunungan yang ditumbuhi tanaman hijau termasuk kebun teh yang sangat indah.

Dibalik keindahan Telaga Menjer, terdapat sebuah legenda yang masih diceritakan secara turun-temurun oleh penduduk setempat inilah Legenda Telaga Menjer.



Legenda Telaga Menjer, Wonosobo

Diceritakan dahulu kala ada dua orang gadis sedang mengumpulkan sayuran di lading. Tiba-tiba datanglah seekor kepiting raksasa mendekatinya. Mereka sangat takjub melihat betapa besar dan tingginya binatang itu. Lupa akan pesan orang tuanya yang mengatakan bahwa apabila sedang berada di lading kemudian melihat atau menemui sesuatu yang asing atau janggal mereka dminta cepat meninggalkan tempat dan jangan menggangu atau mengusiknya, salah seorang gadis itu justru mendekat serta diusapnya sambil keheranan, dan kagetlah mereka melihatnya.

Pada saat si gadis mengusap punggung kepiting, tanpa disadari sekonyong-konyong kepiting  lenyap dan ditempat mereka berdiri menganga sebuah lubang yang bergerak semakin lebar dan semakin dalam menyerupai sumur yang membawa kedua gadis tadi lenyap tenggelam. Jadilah sumur dengan luas 70 ha yang kemudian dinamakan telaga Menjer.

Bentuk telaga ini makin ke dalam makin mengecil seperti kerucut (kukusan-Jawa) atau terompet. Di dalam telaga kadang-kadang terlihat seekor ikan besar dengan ukuran tidak terhingga. Beberapa orang juga menyaksikan kadang terlihat seseorang berjalan di atas telaga.

Telaga Menjer terletak berdekatan dengan desa Maron, Menjer, dan Tlogo. Di bagian barat telaga ada pohon besar menyatu dengan batu besar mirip sandaran dan di antara batu ada lubang seperti pintu yang ditutup tiga buah batu. Kalau batu dibuka, kita melihat mata air dalam lekukan seperti bak kurang lebih 3 m2 luasnya dan biasa disebut goa Song Kamal.

Banyak orang datang mengambil air dari sana untuk berbagai keperluan, dan sudah menjadi kepercayaan masyarakat sekitar desa bahwa apabila mereka melihat permukaan air tinggi, hal itu menjadi pertanda datangnya kemakmuran bagi rakyat desa. Sedangkan apabila permukaan air berkurang/surut, hal ini menandakan ada hal-hal yang perlu diwaspadai.

Sunday, 1 May 2016

Bunga Putri Malu

 

 

 

Putri malu atau Mimosa pudica adalah perdu pendek anggota suku polong-polongan yang mudah dikenal karena daun-daunnya yang dapat secara cepat menutup/layu dengan sendirinya saat disentuh. Walaupun sejumlah anggota polong-polongan dapat melakukan hal yang sama, putri malu bereaksi lebih cepat daripada jenis lainnya. Kelayuan ini bersifat sementara karena setelah beberapa menit keadaannya akan pulih seperti semula.

Keunikan dari tanaman ini adalah bila daunnya disentuh, ditiup, atau dipanaskan akan segera "menutup". Hal ini disebabkan oleh terjadinya perubahan tekanan turgor pada tulang daun. Rangsang tersebut juga bisa dirasakan daun lain yang tidak ikut tersentuh.
Gerak ini disebut seismonasti, yang walaupun dipengaruhi rangsang sentuhan (tigmonasti), sebagai contoh, gerakan tigmonasti daun putri malu tidak peduli dari mana arah datangnya sentuhan.
Tanaman ini juga menguncup saat matahari terbenam dan merekah kembali setelah matahari terbit.
Tanaman putri malu menutup daunnya untuk melindungi diri dari hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang ingin memakannya. Warna daun bagian bawah tanaman putri malu berwarna lebih pucat, dengan menunjukkan warna yang pucat, hewan yang tadinya ingin memakan tumbuhan ini akan berpikir bahwa tumbuhan tersebut telah layu dan menjadi tidak berminat lagi untuk memakannya.